Kamis, 10 November 2016

makalah tingkah laku terpuji

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Banyak keterangan yang mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta  dan berusaha untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.
Banyak hadits yang menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.salah satu ciri orang yang jujur adalah senantiasa berbuat kebajikan. Diantara kemanisan yang akan didapat oleh seseorang yang jujur adalah akan mendapat pertolongan Allah.
Lantas seperti apakah pentingnya kejujuran yang menjadi salah satu tingkah laku terpuji? Berikut penjelasan mengenai kejujuran sebagai tingkah laku terpuji yang berdasar pada hadits Rasulullah saw.

1.2  Tujuan Pembahasan
Tujuan pembelajaran makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui pentingnya kejujuran
2.      Untuk mengetahui bahwasanya kejujuran membawa kebajikan
3.      Untuk menyadari bahwa orang yang jujuran mendapat pertolongan ALLAH

1.3  Rumusan Masalah
1.      Pentingnya kejujuran
2.      Kejujuran membawa kebajikan
3.      Orang yang jujuran mendapat pertolongan ALLAH





                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   BAB II
PEMBAHASAN
TINGKAH LAKU TERPUJI
     Pengertian Tingkah Laku Terpuji
Tingkah laku terpuji ialah sikap atau perilaku baik dari segi ucapan ataupun perbuatan yang sesuai dangan tuntunan ajaran islam dan norma-norma aturan yang berlaku. yang baik. Akhlak terpuji yang ditujukan kepada Allah SWT berupa ibadah, dan kepada Rasulullah SAW  dengan mengikuti ajaran-ajarannya, serta kepada sesama manusia dengan selalu bersikap baik kepada sesama. Tingkah laku terpuji adalah akhlak yang meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah SWT dan juga dalam pandangan manusia. Memiliki akhlak yang baik atau akhlak mulia bagi setiap manusia adalah suatu hal yang sangat penting. Karena dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita, akan disenangi oleh siapa pun. Artinya, akhlak menentukan baik buruknya seseorang di hadapan sesama, karena Rasulullah SAW pun diutus kedunia ini untuk menyempurnakan akhlak manusia.
A.    PENTINGNYA KEJUJURAN
Seorang muslim adalah orang yang jujur. Dia mencintai kejujuran, menemukannya lahir batin didalam ucapan dan perbuatan, karena kejujuran menunjukkan kebaikan, dan kebaikan dan  menunjukkan kepada surga. Adapun kebalikan dari jujur adalah dusta. Sifat ini menunjukkan kepada kejahatan, dan kejahatan menunjukkan kepada neraka.[1]
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
عن١بن مسعودرضى الله عنه عن النبيي صلى الله عليه وسلم قال:إنّ الصّدق يهدى ٳلى البرّ وانّ البرّيهدى الى الجنّۃ,وان الرجل ليصدق حتى يكتب عندالله صديقا, وان الكذب يهدى الى الفجور, وان الفجوريهدى الى النار, وان الرجل ليكذب حتى يكتب عندالله كذابا                                                                                                                                                                
Terjemahan hadis:                                                                                                                                  Dari Ibnu Mas’ud ra. dari Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya jujur iyu mendorong untuk beramal saleh, dan sesungguhnya amal saleh itu menunjukkan jalan kesurga. Dan seseorang yang benar-benar/terus-menerus berbuat jujur (sehingga menjiwai dan berbudi), ditetapkan disisi Allah sebagai ahli jujur. Dan sesungguhnya dusta itu mendorong untuk berbuat keji dan perbuatan keji itu menyampaikan ke neraka. Dan seorang yang benar-benar/terus-menerus berdusta, ditetapkan disisi Allah sebagai ahli dusta.           [2]                                                                                                                                                                            (Mutafaq Alaih)
      Seorang muslim tidak hanya melihat kejujuran sebagai akhlak mulia saja, melainkan memandangnya lebih dari pada itu. Seorang muslim memandang kejujuran sebagai penyempurna iman dan keislamannya. Allah SWT. menyuruh berbuat jujur dan memuji mereka yang jujur. Begitu juga Rasulullah SAW. menyuruh yang sama,menganjurkannya, dan mengajak untuk berbuat jujur. Allah SWTS berfirman dalam surah At-Taubah:119                           ياايهاالذين آمنوااتقواالله وكونوامع اصادقين
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kalian beserta orang-orang yang jujur. (At-Taubah:119)
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ البَاهِليِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَنَا زَعِيمٌ ببَيْتٍ فِي رَبْضِ الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ المِرَاءَ، وَإنْ كَانَ مُحِقّاً، وَبِبَيْتٍ في وَسَطِ الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الكَذِبَ، وَإنْ كَانَ مَازِحاً، وَبِبَيْتٍ في أعلَى الجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ». ﴿رَوَاهُ أَبُو دَاوُد بِإِسْنَادٍ صَحِيْح  

Terjemah Hadis:
"Abu Umamah Al-Bakhili ra. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Saya dapat menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar .Dan menjamin suatu rumah di pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan menjamin satu rumah di bagian tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi pekerlinya. "
(H.R. Abu Dawud dengan sanad yang sahih)
Hadis diatas menjelaskan tiga perilaku penting kepada kaum muslimin  yang mendapatkan jaminan surga dari Rasulullah.

1.      Meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantah adalah suatu pernyataan dengan maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan karena kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoanya sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai cara.
Sebenarnya, tidak semua orang bentuk perdebatan dilarang dalam Islam apalagi kalau berdebat dalam mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat orang lupa diri, terutama kalau perdebatannya dilandasi oleh keegoan masing-masing, bukan didasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
Pada saat berdebat tidak sedikit orang yang memiliki ego sangat tinggi dan tidak mau dikalahkan oleh orang lain atau pun mengalah walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang seperti itu biasanya selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun. Bahkan tidak sedikit kasus yang diawali dari perdebatan berakhir dengan perkelahian dan pertumpahan darah. Padahal, terkadang mereka adalah sama-sama berada didalam persaudaraan islam. Rasulullah SAW. bersabda :
ماضل قوم بعدان هداهم الله إلاأوتواالجدل (رواه لترمذى عن أبى امامه)         
Artinya: “ Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah, kecuali kaum yang suka mendatangkan perdebatan “
Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam setiap perdebatan, Nabi menganjurkan umatnya untuk meninggalkannya, dan membiarkannya beranggapan bahwa dia menang dalam perdebatan tersebut. Dengan berperilaku seperti itu, bukan berarti kalah dalam perdebatantersebut, melainkan menang disisi Allah dan mendapat pahala yang besar, sebagaimana Nabi menyatakn bahwa dijamin surga baginya.[3]

2.      Orang yag tidak berdusta meskipun begurau
Berdusta adalah menyatakan sesutau yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dilarang dalam islam. Karena selain erugikan orang lain, juga merugikan dirinya sendiri. Dusta adalah salah satu sikap tercela yang menunjukkan sifat orang yag tidak beriman kepada Allah. Dengan tegas Allah menjelaskan hal ini didalam surah an-Nahl ayat 105:
الْكَاذِبُونَهُمُ وَأُولَٰئِكَ ۖ اللَّهِ بِآيَاتِ يُؤْمِنُونَ لَا الَّذِينَ الْكَذِبَ  ي يَفْتَرِ إنما
Artinya: “ Sesungguhnya yang mengada-ngadakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.[4]
Dusta yang paling besar adalah dusta terhadap Allah swt. Sebagaimana yang disebutkan didalam surah az-Zumar ayat 60:
ويوم القيمۃ ترىالّذي نكذبواعل اللّه وجوههم مسودّۃ ٲليس في جهنّم مثوًى للمتكبّرين                                                                                                                                                                        
Artinya: “ pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah didalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (Q.S. Az-Zumar: 60)
Dalam bercanda, seseorang biasanya suka melebih-lebihkan candaannya untuk mengundang tawa orang yang diajak bercanda. Hal ini membuatnya merasa puas. Maka dibuatlah gurauan dengan berbagai cara walaupun harus berbohong. Hal seperti itu, tidaklah dibenarkan dalam islam karena apapu alasannya berbohong merupakan perbuatan yang dilarang. Orang yang beriman adalah orang yang tidak suka berdusta kendatipun hanya didalam canda. Ia selalu berkata benar dan jujur didalam perbuatan dan perkataan. Rasulullah SAW bersabda :
عن بهزبن حكيم قال حدثنى أبى عن أبيه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم: يقول<<ويل للذى يحدث  فيكذب ليضحك به القوم ويل له ويل له            
Terjemahan Hadis
“ Dari bahaz bin hakim dari kakeknya bahwa rasulullah SAW bersabda, “ Celakalah bagi orang-orang yang bercerita, tetapi ia berdusta untuk membuat orang-orang tertawa dengan ceritanya tersebut. Celakalah ia dan celakalah ia.
3.      Orang yang berbudi pekerti yang baik
Diketahui bahwa salah satu misi terpenting Rasulullah SAW. diutus adalah untuk memperbaiki akhlak manusia sebagaimana sabdanya:
         ٳنّما بعثت لأتمّم مكارم الأخلاق                                            
Artinya: “ Sesungguhnya aku diutus adalah untuk memperbaiki akhlak manusia “         (al-Baihaqi)
Memperbaiki akhlak tersebut mencakup segala lingkupnya. Diantaranya akhlak terhadap Allah dengan cara mengesakan dan beribadah hanya kepada-Nya. Akhlak terhadap malaikta dengan cara memperbaiki haknya sebagai seorang manusia, atau orang tua, atau saudara, atau tetangga, dan lainnya.
Suri tauladan praktis bagi manusia adalah Rasulullah SAW. Aisyah pernah ditanya tentang budi pekerti Rasul SAW., lalu ia menjawab bahwa akhlak rasulullah adalah Al-qur’an. Allah menyatakan bahwa nabi Muhammad memiliki akhlak yang agung, sebagaimana yang ditemukan didalam surah al-Qalam ayat 4:
عَظِيمٍخُلُقٍ لَعَلَىٰ وَإِنَّكَ
Artinya: “ Dan sesungguhnya kamu [Muhammad] benar-benar berbudi pekerti yang agung “
Ulama mendefinisikan akhlak sebagai suatu sikap yang muncul dari diri manusia tanpa melalui proses pemikiran. Dengan kata lain, akhlak bukanlah muncul dari dari diri manusia berdasarkan rekayasa intelektual, namun muncul begitu saja karena telah menjadi tabiat, sifat, dan karakter seseorang. Oleh sebab itu, berapa banyak pun ilmu agama dan ilmu akhlak seseorang tetapi jika tidak dipraktekkan secara maksimal dan berkepanjangan maka hal itu tidak pernah bias menyatu dengan dirinya dan terekpresi sebagai akhlak.
Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah bermuka manis, berusaha untuk membantu orang lain dalam perkara yang baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat orang yang memiliki sifat seperti itu, selain dijanjikan surge sebagaimana dinyatakan dalam hadist diatas, juga dianggap sebagai orang yang paling baik diantara sesama manusia lain. Rasulullah SAW. bersabda:
وعن عبدالّله بن عمروبن لعاص رضي الّله عنهما قال: لم يكن رسول الّله ص٠م ٠فاحشا ولامتفحّشا وكان يقول : ٳن ّمن خياركم أحسنكم أخلاقّا (متفقعليه)
Artinya: “Abdullah bin Amru Al-Ashr r.a berkata, “Rasulullah SAW. bukan seorang yang memiliki perilaku dan perkataan yang keji. Nabi SAW. bersabda, “Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik akhlak (budi pekertinya).”
B.     KEJUJURAN MEMBAWA KEBAJIKAN
حَدِيثُ عَبْدِ الله بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا. وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ الله كَذَّابًا». ﴿أَخْرَجَهُ البُخَارِيّ﴾
 Terjemahan Hadis
Ĥadīś riwayat ‘Abdullah ibn Mas’ud rađiyaLlāhu ‘anhu tentang Nabi şallaLlāhu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur, ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta, ia akan dicatat sebagai seorang pendusta.” (Şaĥīĥ al-Bukhāriy ĥadīś no. 5629)
Ada 6 jaminan untuk masuk surga. Yaitu, jujurlah bila berbicara, tepatilah bila berjanji, sampaikanlah bila diberi amanat, peliharalah kemaluan kalian, merundukkan pandangan mata kepada hal-hal yang haram dilihat, dan cegahlah kedua tangan dari hal-hal yang diharamkan Allah. Barang siapa yang memlihara hal-hal tersebut, niscaya dijamin akan masuk surga sebagaimana sabda rasulullah SAW:
اضمنوالي ستامن انفسكم أضمن لكم الجنۃ٬اصدقواإذاحدثتم٬وأوفواإذاوعدتم٬ وأدوإذاا ٔتمنتم٬ واحفظوافروجكموغضّواأبصاركموكفّواأيديكم٠(رواه البيهقى عن عبادۃبن اصامت)

Terjemahan Hadis
Jaminan untukku enam perkara dari diri kalian, niscaya kujamin surga untuk kalian, yaitu: apabila kalian berbicara jujurlah, apabila berjanji tepatilah, apabila diberi amanat sampaikanlah amanat itu, pelliharalah kemaluan kalian, tundukkanlah pandangan mata kalian, dan cegahlah kedua tangan kalian.
(Riwayat Baihaqi melalui Ubadah Ibnush Shaamit) [5]
Salah satu buah kejujuran yang yang dirasakan oleh orang-orang yang melakukannya adalah selamat dari kebencian. Diriwayatkan bahwa seseorang yang melarikan diri mencari perlindungan kepada salah seorang yang saleh, seraya berkata: “Selamatkan aku dari orang yang mencarikku”. Orang saleh itu menjawab: “Tidurlah disini!”. Kemudian orang itu ditutup dengan daun palem. Ketika orang-orang yang mencarinya datang menanyakannya, orang saleh itu menjawab kepada mereka: “ Itu, dibawah daun palem”. Mereka mengira bahwa orang saleh itu main-main, maka merekapun meninggalkannya. Dengan begitu orang yang melarikan diri itu selamat berkat kejujuran orang saleh tersebut.  
            Dalam Al-Qur’an dinyatakn bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertakwa:
الْمُتَّقُونَ هُمُ أُولَٰئِكَ  ۙ بِهِ وَصَدَّقَ بِالصِّدْقِ جَاءَ وَالَّذِي
            Artinya: “orang-orang yang datang menyampaikan kebenaran dan melakukannya (kebenaran itu), merekalah orang-orang yang taqwa.” (Q.S. Az-Zumar:33)
            Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yang jujur dan dipastikan tidak akan berkhianat kepada siapa saja, baik kepada Allah SWT., sesama manusia, maupun dirinya sendiri. Orang yang jujur akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, serta mengikuti segala sunnah rasulullah SAW., karena hal itu merupakan janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimat syahadat. Kejujuran akan selalu mengantarkan seseorang kepada kebaikan sementara dusta senantiasa membawa keburukan.
            Dengan kata lain, orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada Allah SWT. Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang seorang badui yang meminta nasehat kepada Rasullulah SAW. beliau hanya berkata “jangan bohong”. Perkataan Rasulullah terus mengiang-ngiang ditelinga sang badui sehingga setiap kali dia akan melakukan suatu perbuatan tercela, dia berpikir bahwa Rasulullah pasti akan menanyakannya dan dia harus jujur. Dia pun tidak jadi melakukan perbuatan terlarang tersebut.
            Jika seorang berusaha untuk berkata benar, manfaatnya bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain. Begitupun sebaliknya, jika seseorang berkata dusta, perbuatannya itu selain merugikan dirinya, juga merugikan orang lain karena tidak aka nada lagi orang yang mempercayainya. Padahal kepercayaan meripakan salah satu modal utama dalam menempuh kehidupah didunia. Tanpa ada kepercayaan seseorang sulit menemukan kesuksesan, bahkan tidak mustahil hidupnya akan cepat hancurat. Hal itu telah digariskan dalam Al-Qur’an dalam surah az-Zariyat ayat 10-11:
(١١)اهُونَسَةٍ۬رَغَمۡفِى هُمۡٱلَّذِينَ (١٠)ٱلۡخَرَّٲصُونَ قُتِلَ
            Artinya: “Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan lagi lalai.”
C.    ORANG YANG JUJUR MENDAPAT PERTOLONGAN ALLAH
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ». ﴿رَوَاهُ البُخَارِيّ وَابْنُ مَاجَه وَغَيْرُهُمَا﴾
Terjemahan Hadist
Dari Abū Hurairah rađiyaLlāhu ‘anhu dari Nabi şallaLlāhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang mengambil harta manusia (berhutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah akan membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka Allah akan merusak orang itu”. (Şaĥīĥ al-Bukhāriy ĥadīś no. 2212)
Dalam kejidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka meminjam uang atau barang kepada orang lain untuk digunakan sebagai penunjang usahanya. Hal itu dibolehkan dalam Islam dan Allah SWT akan menolong mereka kalau mereka berniat untuk menggunakannya sebagai penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikannnya kepada pemiliknya.
            Peminjan tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakan uang yang dipinjamnya untuk berpoya-poya sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tiak memiliki uang untuk menggantinya. Hal itu merugikan pemilik modal karena akan menggantikan usahanya, yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.
            Oleh karena itu, setiap peminjam modal hendaknya ingat bahwa harta tersebut adalah amanat yang dipercayakan oleh pemilik kepadanya. Dalam islam umat nya selalu diingatkan untuk menjaga amanat yang dipercayakan kepadanya dan mengembalikan amanat tersebut kepada pemiliknya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 58:
بِالْعَدْلِتَحْكُمُوا أَنْ النَّاسِ بَيْنَ حَكَمْتُمْ وَإِذَا أَهْلِهَا إِلَى لأمَانَاتِ تُؤَدُّوا أَنْ يَأْمُرُكُمْ اللَّهَ إِنَّ
بَصِيرً سَمِيعًا كَانَ اللَّهَ إِنَّ بِهِ يَعِظُكُمْ نِعِمَّا اللَّهَ إِنَّ
            Artinya : “ Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu semua agar memenuhi amanat kepada yang berhak menerimanya “.
            Begitu pula seorang peminjam modal, ia harus berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kepercayaan yang diraihnya tersebut dengan cara mengembalikan modal yang dipinjam nya pada waktu yang telah disepakati. Jika ia berbuat demikian, pemilik modal akan semakin mempercayai nya. Ini berarti, jika ia memerlukan modal lagi, ia tidak akan mengalami kesulitan.
            Selain akan mendapat predikat Shiddiq sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan terlebih dahulu, ia juga akan dimudahkan Allah SWT dalam setiap usahanya, terutama dalam usahanya untuk mengembalikan modal yang diamanatkan padanya. Allah SWT berfirman :
ومن يتّق الّله يجعل له ٬من أمره يسرًا                                                    
            Artinya : “ Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah SWT niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya “.
            Di dalam ayat lain ada surat yang sama ayat 2 disebutkan :
ومن يتّق الّله يجعل له مخرجًا                                                              
            Artinya : “ Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah SWT niscaya dya akan mengadakan kepadanya jalan keluar “.
            Sebaliknya, apabila dya bermaksud berkhianat, yakni meminjam barang atau harta tersebut untuk dirusak atau sengaja tidak akan mengembalikannya, Allah SWT akan membalas perbuatan Dzalim tersebut, sebagaimana firman-Nya :
ولا تحسبنّ الّله غا فلاعمّا يعمل الظا لمون إنما يؤخّرهم ليوم تشخص فيه الأبصار(٤٢)                                                                                  
            Artinya : “ Dan jangan lah sekali-kali Kamu ( Muhammad ) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orangorang yang Dzalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata ( Mereka ) terbelalak “. ( Q.S. Ibrahim:42 )
            Selain itu, bagi mereka yang memiliki tabiat jelek seperti itu, tidak akan pernah lagi dipercaya orang lain. Jika terdesak oleh kebutuhan tidak ada lagi yang mau menolongnya atau mencoba utuk menitipkan suatu amanat padanya.
            Berdasarkan penjelasan diatas dipahami bahwa bersikap jujur dalam segala hal akan mendapatkan pertolongan Allah SWT. Sebaliknya, bersifat khianat akan mendapat keburukan di dunia maupun di akhirat.
           









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bersikap jujur dalam segala hal akan mendapatkan pertolongan Allah SWT. Sebaliknya, bersifat khianat akan mendapat keburukan di dunia maupun di akhirat. Kejujuran akan mendapat kebajikan dan orang yang jujur akan selalu mendapat pertolongan Allah.
Tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan surga dari rasulullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ke tiga perilaku ini harus di iringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:
1.      Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
2.       Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau.
3.      Orang yang baik budi pekertinya

B.     Saran
Dari pembahasan yag telah kami sajikan diatas, kami berharap mudah mudahan setelah kita mempelajari pelajaran mengenai akhak terpuji ini, agar bisa kita jadikan sebagai rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan baik berhubungan dengan Allah atau bergaul antar sesama manusia, kemudian juga kami selaku pemakalah berharap kepada  pembaca makalah ini, agar jangan mengambil rujukan hanya terfokus kepada materi yang telah  kami sajikan dalam makalah ini saja, akan tetapi mari kita sama – sama aktif dalam mencari buku – buku dan sumber lainnya yang membahas masalah akhlak terpuji ini secara mendalam, sehingga lebih memantapkan pengetahuan kita mengenai pembahasan akhlak terpuji tersebut.





DAFTAR PUSTAKA

Ritonga,Abdul Hamid.2010. 16 Tema Pokok Hadis Seputar Islam dan tata  Kehidupan.Bandung:Citapustaka Media
Syafe’i Rachmat, Al-Hadis, Pustaka setia
Masyhuri.Abdul Aziz.1980. Mutiara Qur’an dan Hadits.Surabaya:Al-ikhlas
Jabir El-jazairi.Abu bakar. Pola Hidup muslim.
Al-Hasyimi.Sayyid Ahmad.1993. Syarah Mukhtaarul Ahaadiits.Bandung:Sinar Baru Algensindo







[1]  Abu bakar jabir eljazair, Pola Hidup Muslim. Hal 387
[2] Abdul aziz mansyuri, Mutiara Qur’an dan hadist. Hal 151
[3]Rachmat Syafe’I , Al-hadis.  Hal 74-75
[4]Abdul Hamid Ritonga, 16 Tema Pokok Hadis Seputar Islam dan tata  Kehidupan, Hal 81
[5] Sayyid Ahmad Al-hasyim. Syarah Mukhtaarul Ahaadiits, Hal 138

Tidak ada komentar:

Posting Komentar