BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banyak keterangan yang
mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan maka
akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta dan berusaha
untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk
memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.
Banyak hadits yang menunjukkan
agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur
ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya
membawa orang yang dusta ke neraka.salah satu ciri orang yang jujur adalah
senantiasa berbuat kebajikan. Diantara kemanisan yang akan didapat oleh
seseorang yang jujur adalah akan mendapat pertolongan Allah.
Lantas seperti apakah pentingnya
kejujuran yang menjadi salah satu tingkah laku terpuji? Berikut penjelasan
mengenai kejujuran sebagai tingkah laku terpuji yang berdasar pada hadits
Rasulullah saw.
1.2 Tujuan
Pembahasan
Tujuan
pembelajaran makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pentingnya kejujuran
2. Untuk mengetahui bahwasanya
kejujuran membawa kebajikan
3. Untuk menyadari bahwa orang yang
jujuran mendapat pertolongan ALLAH
1.3 Rumusan
Masalah
1. Pentingnya kejujuran
2. Kejujuran membawa kebajikan
3. Orang yang jujuran mendapat
pertolongan ALLAH
BAB
II
PEMBAHASAN
TINGKAH LAKU
TERPUJI
Pengertian Tingkah Laku Terpuji
Tingkah laku terpuji
ialah sikap atau perilaku baik dari segi ucapan ataupun perbuatan yang sesuai
dangan tuntunan ajaran islam dan norma-norma aturan yang berlaku. yang baik. Akhlak terpuji yang ditujukan
kepada Allah SWT berupa ibadah, dan kepada Rasulullah SAW dengan mengikuti ajaran-ajarannya, serta
kepada sesama manusia dengan selalu bersikap baik kepada sesama. Tingkah
laku terpuji adalah akhlak yang meningkatkan derajat
seseorang di sisi Allah SWT dan juga dalam pandangan manusia. Memiliki akhlak
yang baik atau akhlak mulia bagi setiap manusia adalah suatu hal yang sangat
penting. Karena dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita, akan disenangi
oleh siapa pun. Artinya, akhlak menentukan baik buruknya seseorang di hadapan
sesama, karena
Rasulullah SAW pun diutus kedunia ini untuk menyempurnakan akhlak manusia.
A.
PENTINGNYA
KEJUJURAN
Seorang muslim adalah orang yang jujur. Dia mencintai
kejujuran, menemukannya lahir batin didalam ucapan dan perbuatan, karena
kejujuran menunjukkan kebaikan, dan kebaikan dan menunjukkan kepada surga. Adapun kebalikan
dari jujur adalah dusta. Sifat ini menunjukkan kepada kejahatan, dan kejahatan
menunjukkan kepada neraka.[1]
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
عن١بن مسعودرضى الله عنه عن النبيي صلى الله عليه
وسلم قال:إنّ الصّدق يهدى ٳلى البرّ وانّ البرّيهدى الى الجنّۃ,وان الرجل ليصدق
حتى يكتب عندالله صديقا, وان الكذب يهدى الى الفجور, وان الفجوريهدى الى النار,
وان الرجل ليكذب حتى يكتب عندالله كذابا
Terjemahan hadis: Dari Ibnu Mas’ud ra. dari Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya
jujur iyu mendorong untuk beramal saleh, dan sesungguhnya amal saleh itu
menunjukkan jalan kesurga. Dan seseorang yang benar-benar/terus-menerus berbuat
jujur (sehingga menjiwai dan berbudi), ditetapkan disisi Allah sebagai ahli
jujur. Dan sesungguhnya dusta itu mendorong untuk berbuat keji dan perbuatan
keji itu menyampaikan ke neraka. Dan seorang yang benar-benar/terus-menerus
berdusta, ditetapkan disisi Allah sebagai ahli dusta. [2] (Mutafaq
Alaih)
Seorang muslim tidak hanya melihat
kejujuran sebagai akhlak mulia saja, melainkan memandangnya lebih dari pada
itu. Seorang muslim memandang kejujuran sebagai penyempurna iman dan
keislamannya. Allah SWT. menyuruh berbuat jujur dan memuji mereka yang jujur.
Begitu juga Rasulullah SAW. menyuruh yang sama,menganjurkannya, dan mengajak
untuk berbuat jujur. Allah SWTS berfirman dalam surah At-Taubah:119 ياايهاالذين
آمنوااتقواالله وكونوامع اصادقين
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah kalian beserta orang-orang yang jujur. (At-Taubah:119)
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ البَاهِليِّ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَنَا زَعِيمٌ
ببَيْتٍ فِي رَبْضِ الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ المِرَاءَ، وَإنْ كَانَ مُحِقّاً،
وَبِبَيْتٍ في وَسَطِ الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الكَذِبَ، وَإنْ كَانَ مَازِحاً،
وَبِبَيْتٍ في أعلَى الجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ». ﴿رَوَاهُ أَبُو دَاوُد
بِإِسْنَادٍ صَحِيْح
Terjemah Hadis:
"Abu Umamah Al-Bakhili ra. berkata bahwa Rasulullah SAW.
bersabda, "Saya dapat menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang
meninggalkan perdebatan meskipun ia benar .Dan menjamin suatu rumah di
pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan
menjamin satu rumah di bagian tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi
pekerlinya. "
(H.R. Abu Dawud dengan sanad
yang sahih)
Hadis diatas menjelaskan tiga
perilaku penting kepada kaum muslimin
yang mendapatkan jaminan surga dari Rasulullah.
1.
Meninggalkan
perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantah adalah
suatu pernyataan dengan maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu
pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya
sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan karena
kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoanya
sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai cara.
Sebenarnya, tidak semua orang bentuk
perdebatan dilarang dalam Islam apalagi kalau berdebat dalam mempertahankan
aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat orang lupa diri, terutama
kalau perdebatannya dilandasi oleh keegoan masing-masing, bukan didasarkan pada
keinginan untuk mencari kebenaran.
Pada saat berdebat tidak sedikit orang
yang memiliki ego sangat tinggi dan tidak mau dikalahkan oleh orang lain atau
pun mengalah walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang seperti itu
biasanya selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun. Bahkan
tidak sedikit kasus yang diawali dari perdebatan berakhir dengan perkelahian
dan pertumpahan darah. Padahal, terkadang mereka adalah sama-sama berada
didalam persaudaraan islam. Rasulullah SAW. bersabda :
ماضل قوم بعدان هداهم الله
إلاأوتواالجدل (رواه لترمذى عن أبى امامه)
Artinya: “ Tidaklah sesat suatu kaum
setelah mendapat petunjuk Allah, kecuali kaum yang suka mendatangkan perdebatan
“
Adapun dalam menghadapi orang yang
selalu ingin menang dalam setiap perdebatan, Nabi menganjurkan umatnya untuk
meninggalkannya, dan membiarkannya beranggapan bahwa dia menang dalam
perdebatan tersebut. Dengan berperilaku seperti itu, bukan berarti kalah dalam
perdebatantersebut, melainkan menang disisi Allah dan mendapat pahala yang
besar, sebagaimana Nabi menyatakn bahwa dijamin surga baginya.[3]
2.
Orang yag tidak
berdusta meskipun begurau
Berdusta adalah menyatakan sesutau yang
tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dilarang dalam
islam. Karena selain erugikan orang lain, juga merugikan dirinya sendiri. Dusta
adalah salah satu sikap tercela yang menunjukkan sifat orang yag tidak beriman
kepada Allah. Dengan tegas Allah menjelaskan hal ini didalam surah an-Nahl ayat
105:
الْكَاذِبُونَهُمُ وَأُولَٰئِكَ ۖ اللَّهِ بِآيَاتِ يُؤْمِنُونَ
لَا الَّذِينَ الْكَذِبَ ي يَفْتَرِ
إنما
Artinya: “ Sesungguhnya yang
mengada-ngadakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada
ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.[4]
Dusta yang paling besar adalah dusta
terhadap Allah swt. Sebagaimana yang disebutkan didalam surah az-Zumar ayat 60:
ويوم القيمۃ ترىالّذي نكذبواعل اللّه وجوههم
مسودّۃ ٲليس في جهنّم مثوًى للمتكبّرين
Artinya: “ pada hari kiamat kamu akan
melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam.
Bukankah didalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang
menyombongkan diri.” (Q.S. Az-Zumar: 60)
Dalam bercanda, seseorang biasanya suka
melebih-lebihkan candaannya untuk mengundang tawa orang yang diajak bercanda.
Hal ini membuatnya merasa puas. Maka dibuatlah gurauan dengan berbagai cara
walaupun harus berbohong. Hal seperti itu, tidaklah dibenarkan dalam islam
karena apapu alasannya berbohong merupakan perbuatan yang dilarang. Orang yang
beriman adalah orang yang tidak suka berdusta kendatipun hanya didalam canda.
Ia selalu berkata benar dan jujur didalam perbuatan dan perkataan. Rasulullah
SAW bersabda :
عن
بهزبن حكيم قال حدثنى أبى عن أبيه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم: يقول<<ويل
للذى يحدث فيكذب ليضحك به القوم ويل له
ويل له
Terjemahan Hadis
“ Dari bahaz bin hakim
dari kakeknya bahwa rasulullah SAW bersabda, “ Celakalah bagi orang-orang yang
bercerita, tetapi ia berdusta untuk membuat orang-orang tertawa dengan ceritanya
tersebut. Celakalah ia dan celakalah ia.
3.
Orang yang
berbudi pekerti yang baik
Diketahui bahwa salah satu misi
terpenting Rasulullah SAW. diutus adalah untuk memperbaiki akhlak manusia
sebagaimana sabdanya:
ٳنّما بعثت لأتمّم مكارم الأخلاق
Artinya: “ Sesungguhnya aku diutus
adalah untuk memperbaiki akhlak manusia “ (al-Baihaqi)
Memperbaiki akhlak tersebut mencakup
segala lingkupnya. Diantaranya akhlak terhadap Allah dengan cara mengesakan dan
beribadah hanya kepada-Nya. Akhlak terhadap malaikta dengan cara memperbaiki
haknya sebagai seorang manusia, atau orang tua, atau saudara, atau tetangga,
dan lainnya.
Suri tauladan praktis bagi manusia
adalah Rasulullah SAW. Aisyah pernah ditanya tentang budi pekerti Rasul SAW.,
lalu ia menjawab bahwa akhlak rasulullah adalah Al-qur’an. Allah menyatakan
bahwa nabi Muhammad memiliki akhlak yang agung, sebagaimana yang ditemukan
didalam surah al-Qalam ayat 4:
عَظِيمٍخُلُقٍ لَعَلَىٰ وَإِنَّكَ
Artinya: “ Dan sesungguhnya kamu
[Muhammad] benar-benar berbudi pekerti yang agung “
Ulama mendefinisikan akhlak sebagai
suatu sikap yang muncul dari diri manusia tanpa melalui proses pemikiran.
Dengan kata lain, akhlak bukanlah muncul dari dari diri manusia berdasarkan
rekayasa intelektual, namun muncul begitu saja karena telah menjadi tabiat,
sifat, dan karakter seseorang. Oleh sebab itu, berapa banyak pun ilmu agama dan
ilmu akhlak seseorang tetapi jika tidak dipraktekkan secara maksimal dan
berkepanjangan maka hal itu tidak pernah bias menyatu dengan dirinya dan
terekpresi sebagai akhlak.
Sifat orang yang berakhlak mulia,
diantaranya adalah bermuka manis, berusaha untuk membantu orang lain dalam
perkara yang baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat orang yang memiliki
sifat seperti itu, selain dijanjikan surge sebagaimana dinyatakan dalam hadist
diatas, juga dianggap sebagai orang yang paling baik diantara sesama manusia
lain. Rasulullah SAW. bersabda:
وعن عبدالّله بن عمروبن لعاص رضي الّله عنهما
قال: لم يكن رسول الّله ص٠م ٠فاحشا ولامتفحّشا وكان يقول : ٳن ّمن خياركم أحسنكم أخلاقّا
(متفقعليه)
Artinya: “Abdullah bin Amru Al-Ashr r.a
berkata, “Rasulullah SAW. bukan seorang yang memiliki perilaku dan perkataan
yang keji. Nabi SAW. bersabda, “Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik akhlak
(budi pekertinya).”
B.
KEJUJURAN MEMBAWA KEBAJIKAN
حَدِيثُ عَبْدِ الله بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ،
وإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا. وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي
إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ الله كَذَّابًا». ﴿أَخْرَجَهُ البُخَارِيّ﴾
Terjemahan Hadis
Ĥadīś riwayat ‘Abdullah ibn Mas’ud rađiyaLlāhu
‘anhu tentang Nabi şallaLlāhu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya
kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke
surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur, ia akan
dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan
mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke
neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta, ia akan dicatat
sebagai seorang pendusta.” (Şaĥīĥ al-Bukhāriy ĥadīś no. 5629)
Ada
6 jaminan untuk masuk surga. Yaitu, jujurlah bila berbicara, tepatilah bila
berjanji, sampaikanlah bila diberi amanat, peliharalah kemaluan kalian,
merundukkan pandangan mata kepada hal-hal yang haram dilihat, dan cegahlah
kedua tangan dari hal-hal yang diharamkan Allah. Barang siapa yang memlihara
hal-hal tersebut, niscaya dijamin akan masuk surga sebagaimana sabda rasulullah
SAW:
اضمنوالي
ستامن انفسكم أضمن لكم الجنۃ٬اصدقواإذاحدثتم٬وأوفواإذاوعدتم٬ وأدوإذاا ٔتمنتم٬ واحفظوافروجكموغضّواأبصاركموكفّواأيديكم٠(رواه
البيهقى عن عبادۃبن اصامت)
Terjemahan Hadis
Jaminan untukku enam perkara dari
diri kalian, niscaya kujamin surga untuk kalian, yaitu: apabila kalian
berbicara jujurlah, apabila berjanji tepatilah, apabila diberi amanat
sampaikanlah amanat itu, pelliharalah kemaluan kalian, tundukkanlah pandangan
mata kalian, dan cegahlah kedua tangan kalian.
(Riwayat Baihaqi melalui Ubadah
Ibnush Shaamit) [5]
Salah
satu buah kejujuran yang yang dirasakan oleh orang-orang yang melakukannya
adalah selamat dari kebencian. Diriwayatkan bahwa seseorang yang melarikan diri
mencari perlindungan kepada salah seorang yang saleh, seraya berkata:
“Selamatkan aku dari orang yang mencarikku”. Orang saleh itu menjawab:
“Tidurlah disini!”. Kemudian orang itu ditutup dengan daun palem. Ketika
orang-orang yang mencarinya datang menanyakannya, orang saleh itu menjawab
kepada mereka: “ Itu, dibawah daun palem”. Mereka mengira bahwa orang saleh itu
main-main, maka merekapun meninggalkannya. Dengan begitu orang yang melarikan
diri itu selamat berkat kejujuran orang saleh tersebut.
Dalam
Al-Qur’an dinyatakn bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan
kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertakwa:
الْمُتَّقُونَ
هُمُ أُولَٰئِكَ ۙ بِهِ وَصَدَّقَ بِالصِّدْقِ
جَاءَ وَالَّذِي
Artinya:
“orang-orang yang datang menyampaikan kebenaran dan melakukannya (kebenaran
itu), merekalah orang-orang yang taqwa.” (Q.S. Az-Zumar:33)
Hal
itu sangat pantas diterima oleh mereka yang jujur dan dipastikan tidak akan
berkhianat kepada siapa saja, baik kepada Allah SWT., sesama manusia, maupun
dirinya sendiri. Orang yang jujur akan melaksanakan segala perintah Allah dan
menjauhi segala larangannya, serta mengikuti segala sunnah rasulullah SAW.,
karena hal itu merupakan janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimat
syahadat. Kejujuran akan selalu mengantarkan seseorang kepada kebaikan
sementara dusta senantiasa membawa keburukan.
Dengan
kata lain, orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada Allah SWT.
Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang seorang badui yang meminta nasehat
kepada Rasullulah SAW. beliau hanya berkata “jangan bohong”. Perkataan
Rasulullah terus mengiang-ngiang ditelinga sang badui sehingga setiap kali dia
akan melakukan suatu perbuatan tercela, dia berpikir bahwa Rasulullah pasti
akan menanyakannya dan dia harus jujur. Dia pun tidak jadi melakukan perbuatan
terlarang tersebut.
Jika
seorang berusaha untuk berkata benar, manfaatnya bukan hanya bagi dirinya
tetapi juga bagi orang lain. Begitupun sebaliknya, jika seseorang berkata
dusta, perbuatannya itu selain merugikan dirinya, juga merugikan orang lain
karena tidak aka nada lagi orang yang mempercayainya. Padahal kepercayaan
meripakan salah satu modal utama dalam menempuh kehidupah didunia. Tanpa ada
kepercayaan seseorang sulit menemukan kesuksesan, bahkan tidak mustahil
hidupnya akan cepat hancurat. Hal itu telah digariskan dalam Al-Qur’an dalam
surah az-Zariyat ayat 10-11:
(١١)اهُونَسَةٍ۬رَغَمۡفِى هُمۡٱلَّذِينَ (١٠)ٱلۡخَرَّٲصُونَ
قُتِلَ
Artinya:
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang
terbenam dalam kebodohan lagi lalai.”
C.
ORANG YANG JUJUR MENDAPAT PERTOLONGAN ALLAH
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ أَخَذَ
أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ
يُرِيدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ». ﴿رَوَاهُ البُخَارِيّ وَابْنُ مَاجَه
وَغَيْرُهُمَا﴾
Terjemahan Hadist
Dari Abū Hurairah rađiyaLlāhu ‘anhu dari Nabi şallaLlāhu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Siapa yang mengambil harta manusia (berhutang) disertai
maksud akan membayarnya maka Allah akan membayarkannya untuknya, sebaliknya
siapa yang mengambilnya dengan maksud merusaknya (merugikannya) maka Allah akan
merusak orang itu”. (Şaĥīĥ al-Bukhāriy ĥadīś no. 2212)
Dalam kejidupan masyarakat, ada sebagian
orang yang suka meminjam uang atau barang kepada orang lain untuk digunakan
sebagai penunjang usahanya. Hal itu dibolehkan dalam Islam dan Allah SWT akan
menolong mereka kalau mereka berniat untuk menggunakannya sebagai penunjang
usahanya dan berniat untuk mengembalikannnya kepada pemiliknya.
Peminjan
tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakan uang yang dipinjamnya
untuk berpoya-poya sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tiak
memiliki uang untuk menggantinya. Hal itu merugikan pemilik modal karena akan
menggantikan usahanya, yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.
Oleh
karena itu, setiap peminjam modal hendaknya ingat bahwa harta tersebut adalah
amanat yang dipercayakan oleh pemilik kepadanya. Dalam islam umat nya selalu
diingatkan untuk menjaga amanat yang dipercayakan kepadanya dan mengembalikan
amanat tersebut kepada pemiliknya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 58:
بِالْعَدْلِتَحْكُمُوا أَنْ النَّاسِ بَيْنَ حَكَمْتُمْ
وَإِذَا أَهْلِهَا إِلَى لأمَانَاتِ تُؤَدُّوا أَنْ يَأْمُرُكُمْ اللَّهَ إِنَّ
بَصِيرً سَمِيعًا
كَانَ اللَّهَ إِنَّ بِهِ يَعِظُكُمْ نِعِمَّا اللَّهَ إِنَّ
Artinya
: “ Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu semua agar memenuhi amanat kepada yang
berhak menerimanya “.
Begitu
pula seorang peminjam modal, ia harus berusaha sekuat tenaga untuk menjaga
kepercayaan yang diraihnya tersebut dengan cara mengembalikan modal yang
dipinjam nya pada waktu yang telah disepakati. Jika ia berbuat demikian, pemilik
modal akan semakin mempercayai nya. Ini berarti, jika ia memerlukan modal lagi,
ia tidak akan mengalami kesulitan.
Selain
akan mendapat predikat Shiddiq sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan terlebih
dahulu, ia juga akan dimudahkan Allah SWT dalam setiap usahanya, terutama dalam
usahanya untuk mengembalikan modal yang diamanatkan padanya. Allah SWT
berfirman :
ومن
يتّق الّله يجعل له ٬من
أمره يسرًا
Artinya
: “ Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah SWT niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya “.
Di
dalam ayat lain ada surat yang sama ayat 2 disebutkan :
ومن
يتّق الّله يجعل له مخرجًا
Artinya
: “ Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah SWT niscaya dya akan mengadakan
kepadanya jalan keluar “.
Sebaliknya,
apabila dya bermaksud berkhianat, yakni meminjam barang atau harta tersebut
untuk dirusak atau sengaja tidak akan mengembalikannya, Allah SWT akan membalas
perbuatan Dzalim tersebut, sebagaimana firman-Nya :
ولا
تحسبنّ الّله غا فلاعمّا يعمل الظا لمون إنما يؤخّرهم ليوم تشخص فيه الأبصار(٤٢)
Artinya
: “ Dan jangan lah sekali-kali Kamu ( Muhammad ) mengira bahwa Allah lalai dari
apa yang diperbuat oleh orangorang yang Dzalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan
kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata ( Mereka ) terbelalak “. (
Q.S. Ibrahim:42 )
Selain
itu, bagi mereka yang memiliki tabiat jelek seperti itu, tidak akan pernah lagi
dipercaya orang lain. Jika terdesak oleh kebutuhan tidak ada lagi yang mau
menolongnya atau mencoba utuk menitipkan suatu amanat padanya.
Berdasarkan
penjelasan diatas dipahami bahwa bersikap jujur dalam segala hal akan
mendapatkan pertolongan Allah SWT. Sebaliknya, bersifat khianat akan mendapat
keburukan di dunia maupun di akhirat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bersikap jujur dalam segala hal akan
mendapatkan pertolongan Allah SWT. Sebaliknya, bersifat khianat akan mendapat
keburukan di dunia maupun di akhirat. Kejujuran akan mendapat kebajikan dan orang
yang jujur akan selalu mendapat pertolongan Allah.
Tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan surga
dari rasulullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ke tiga perilaku ini
harus di iringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan islam. Ketiga
perilaku tersebut adalah:
1.
Orang yang meninggalkan perdebatan
meskipun ia benar
2.
Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau.
3.
Orang yang baik budi pekertinya
B.
Saran
Dari pembahasan yag telah kami
sajikan diatas, kami berharap mudah mudahan setelah kita mempelajari pelajaran
mengenai akhak terpuji ini, agar bisa kita jadikan sebagai rujukan dalam
melakukan pergaulan dalam kehidupan baik berhubungan dengan Allah atau bergaul
antar sesama manusia, kemudian juga kami selaku pemakalah berharap kepada pembaca makalah ini, agar jangan mengambil
rujukan hanya terfokus kepada materi yang telah kami sajikan dalam makalah
ini saja, akan tetapi mari kita sama – sama aktif dalam mencari buku – buku dan
sumber lainnya yang membahas masalah akhlak terpuji ini secara mendalam,
sehingga lebih memantapkan pengetahuan kita mengenai pembahasan akhlak terpuji
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ritonga,Abdul
Hamid.2010. 16 Tema Pokok Hadis Seputar
Islam dan tata Kehidupan.Bandung:Citapustaka
Media
Syafe’i
Rachmat, Al-Hadis, Pustaka setia
Masyhuri.Abdul
Aziz.1980. Mutiara Qur’an dan Hadits.Surabaya:Al-ikhlas
Jabir
El-jazairi.Abu bakar. Pola Hidup muslim.
Al-Hasyimi.Sayyid
Ahmad.1993. Syarah Mukhtaarul Ahaadiits.Bandung:Sinar
Baru Algensindo